Pada materi 6.1 telah diuraikan tantangan berat yang dihadapi perlindungan tanaman ke depan. Tantangan tersebut menjadi semakin berat manakala pembangunan pertanian dilakukan semata-mata untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tantangan juga menjadi semakin berat manakala demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah belum disertai dengan perbaikan tata kelola pemerintahan sebagaimana lazim terjadi di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Meskipun demikian, tersedia sejumlah peluang untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman ke depan. Materi ini menguraikan peluang-peluang tersebut untuk menjadi pemikiran bagi Anda dalam menghadapi tantangan perlindungan tanaman setelah lulus mata kuliah ini.
6.2.1. MATERI KULIAH
6.2.1.1. Membaca Materi Kuliah
Uraian mengenai peluang yang tersedia untuk mengantisipasi tantangan perlindungan tanaman ke depan mencakup:- Kemajuan dalam pelaksanaan deteksi dini OPT dan pelaksanaan perlindungan tanaman
- Kemajuan dalam dukungan terhadap pelaksanaan deteksi dini OPT dan perlindungan tanaman
- Kemajuan dalam pemasaran dan pemasyarakatan teknologi perlindungan tanaman
- Kemajuan dalam pendekatan dan tata kelola perlindungan tanaman
- Kemajuan dalam pemaduan perlindungan tanaman dalam sistem budidaya tanaman
Pengambilan keputusan pelaksanaan tindakan perlindungan tanaman memerlukan data hasil deteksi mengenai keberadaan dan tingkat kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh OPT. Di antara ketiga golongan OPT, golongan yang paling sulit dideteksi adalah OPT golongan patogen yang kini telah berkembang pesat dengan menggunakan teknik-teknik deteksi molekuler inovatif sebagaimana diuraikan dalam artikel Advanced methods of plant disease detection. A review, Current and Prospective Methods for Plant Disease Detection, dan The role and challenges of new diagnostic technology in plant biosecurity. Teknik-teknik yang sama untuk OPT golongan hama diuraikan dalam artikel Advances in plant disease and pest management. Deteksi dini memungkinkan dilakukan reaksi cepat pengambilan keputusan pelaksanaan perlindungan tanaman, terutama dengan menggunakan cara yang sesuai dengan kemajuan dalam cara pengendalian OPT. Kemajuan dalam cara pengendalian OPT terutama dicapai melalui penerapan bioteknologi dan nanoteknologi:
- Penerapan bioteknologi: The Contributions of Plant Biotechnology to Agriculture in the Coming Decades, Biotechnology is future path for crop protection, Genetics‐based methods for agricultural insect pest management, The coming of RNA-based pest controls, RNAi technology: a new platform for crop pest control, Genetically modified crops: the truth unveiled, Advances of transgenic Bt-crops in insect pest management: an overview, Mass Releases of Genetically Modified Insects in Area-Wide Pest Control Programs and Their Impact on Organic Farmers
- Penerapan nanoteknologi: Myconanotechnology: a new and emerging science, Role of nanotechnology in agriculture with special reference to management of insect pests, Nanotechnology in sustainable agriculture: recent developments, challenges, and perspectives, Recent developments in nanotechnology transforming the agricultural sector: a transition replete with opportunities
- Penerapan machine learning: A review of advanced machine learning methods for the detection of biotic stress in precision crop protection, A Robust Deep-Learning-Based Detector for Real-Time Tomato Plant Diseases and Pests Recognition, Pest detection and control techniques using wireless sensor network: A review, Unmanned Aerial Vehicles and new technological methods of monitoring and crop protection in precision agriculture
Selain dalam pengendalian dengan cara genetik yang maju sangat cepat, cera pengendalian lainnya juga mengalami kemajuan:
- Cara hayati: The status of biological control and recommendations for improving uptake for the future dan Endophytic microorganisms: a review on insect control and recent advances on tropical plants
- Cara kimiawi: Recent advances in pesticide formulations for eco-friendly and sustainable vegetable pest management: A review dan Advances in insect control and resistance management: an overview
Pada saat ini deteksi OPT dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dengan dukungan
- Kemajuan di bidang IPTEK perlindungan tanaman
- Kemajuan di bidang IPTEK pendukung perlindungan tanaman: citizen science, UAV (drone), ICT (smartphone, social media)
- Perkembangan paradigma pemasaran teknologi (from patent to open source)
- Perkembangan pendekatan baru dan tata kelola perlindungan tanaman: biointensive IPM, biosecurity, participatory detection and diagnosis Emerging diseases: a global threat
- Perkembangan sistem budidaya pertanian: ecological engineering
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan deteksi dini dan reaksi cepat: Plant disease diagnostic capabilities and networks, A new approach to stopping the spread of invasive insects and pathogens: early detection and rapid response via a global network of sentinel plantings, Crowdsourcing crop improvement in sub‐saharan africa: a proposal for a scalable and inclusive approach to food security
- Perkembangan pendekatan baru perlindungan tanaman: Integrated pest management at the crossroads: Science, politics, or business (as usual)?, The role of plant biosecurity in preventing and controlling emerging plant virus disease epidemics,
- Pendekatan baru budidaya tanaman: Ecological engineering: a new direction for agricultural pest management, Ecological engineering, habitat manipulation and pest management, Agroecological bases of ecological engineering for pest management, Prospects for ecological engineering for planthoppers and other arthropod pests in rice, Applying ecological engineering for sustainable and resilient rice production systems
- Perkembangan teknologi deteksi dini dan surveilance:
Menghadapi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin kompleks, negara-negara maju kini mulai mengembangkan pendekatan perlindungan yang lebih proaktif dan lebih merangkul berbagai sektor. Untuk dapat melindungi tanaman secara lebih efektif, perlindungan tidak lagi dapat diberikan terhadap tumbuhan per se (plant protection), tetapi terhadap kehidupan (protection of life). Hal ini dapat dimengerti karena sesungguhnya terdapat keterkaitan antar berbagai bentuk kehidupan menyangkut berbagai aspek; bukan hanya secara fisik, kimia, dan hayati, tetapi juga secara ekonomi, sosial, dan budaya. Pertanian sesungguhnya bukan hanya persoalan teknologi (agro-teknologi), tetapi persoalan manusia dengan segala dimensinya. Demikian juga dengan perlindungan tanaman, bukan lagi sekedar persoalan biologi dan ekologi OPT, tetapi lebih ke persoalan bagaimana petani dapat menerapkan teknologi perlindungan tanaman yang sudah menjadi sedemikian canggih sehingga menyulitkan petani untuk menjangkaunya. Pendekatan perlindungan kehidupan yang kini mulai digunakan di berbagai negara maju tersebut, terutama Selandia Baru, Australia, dan AS, adalah pendekatan yang dikenal sebagai ketahanan hayati (biosecurity).
Ketahanan hayati sebenarnya merupakan upaya perlindungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma. Sebagaimana didefinisikan oleh FAO (2007), ketahanan hayati juga dapat dipandang sebagai pendekatan strategis dan terpadu yang mencakup kerangka kebijakan dan perundang-undangan (termasuk sarana dan prasarana maupun kegiatan) untuk menganalisis risiko terhadap manusia, kehidupan dan kesehatan hewan dan tumbuhan, serta risiko terhadap lingkungan hidup. Fokus ketahanan hayati adalah risiko (risk), yang dalam hal ini merupakan fungsi peluang timbulnya bahaya yang merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan serta keparahan pengaruh yang ditimbulkan. Risiko timbul sebagai konsekuensi dari adanya bahaya (hazard), yang didefinisikan berbeda-beda antar sektor sebagaimana ditetapkan oleh kelembagaan/konvensi internasional yang mengatur sektor yang bersangkutan. Pada sektor pertanian tanaman, bahaya sebagaimana didefinisikan oleh International Plant Protection Commission (IPPC), merupakan setiap spesies, strain, atau biotipe tumbuhan, binatang, atau agen patogenik yang berpotensi menimbulkan luka terhadap tumbuhan maupun hasilnya. Pada sektor-sektor lainnya bahaya didefinisikan berbeda, tetapi semua definisi bahaya yang berbeda-beda tersebut disatukan dalam ketahanan hayati melalui konsep risiko yang untuk menanganinya memerlukan langkah-langkah penilaian, pengelolaan, dan pengkomunikasian. Untuk dapat melakukan penilaian, pengelolaan, dan pengkomunikasi risiko, perlu diratifikasi berbagai konvensi internasional yang berkaitan dengan ketahanan hayati.
Dari ketiga langkah analisis risiko ketahanan hayati, semuanya memerlukan bukan hanya tindakan teknis. Penilaian risiko merupakan proses untuk mengidentifikasi bahaya, mengkarakterisasi dampak buruk yang ditimbulkannya terhadap kesehatan, mengevaluasi taraf paparan penduduk atau populasi hewan/tumbuhan terhadap bahaya tersebut, dan mengestimasi besarnya risiko yang ditimbulkan. Hasil penilaian risiko perlu ditindaklanjuti dengan pengelolaan risiko sebagai langkah yang harus diambil oleh pihak yang berkompeten dalam mempertimbangkan hasil penilaian risiko, menentukan kebijakan alternatif dengan mempertimbangkan pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap perlindungan kesehatan yang dimungkinkan, dan menentukan tindakan pengendalian yang diperlukan. Penilaian risiko dan pengelolaan risiko perlu dikomunikasikan secara terbuka melalui komunikasi risiko, yaitu pertukaran interaktif informasi dan opini mengenai risiko, isu-isu pengelolaan risiko, dan persepsi masyarakat terhadap risiko. Jelas bahwa pengelolaan ketahanan hayati memerlukan lebih dari sekedar ilmu-ilmu alam dan teknologi, melainkan juga ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pendekatan secara lintas bidang ilmu tersebut diperlukan karena yang menjadi fokus ketahanan hayati adalah perlindungan kehidupan yang jelas diwarnai dengan pernak pernik persoalan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
6.2.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka Daring
Silahkan mengklik setiap tautan yang diberikan pada materi kuliah ini dan mengunduh pustaka yang disediakan dari halaman Pustaka Daring dan tautan (link) yang disediakan pada setiap materi kuliah lalu membaca bagian dari pustaka yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Mahasiswa wajib menyampaikan judul dan isi buku/bab buku/situs yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas.
Silahkan kembali ke Materi Kuliah 6.1 untuk mengerjakan Tugas Kuliah dan menyelesaikan Administrasi Pelaksanaan Kuliah,
**********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan: 28 Maret 2019
Diterbitkan: 28 Maret 2019
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar